Senin, 28 April 2014

1. PENGRTIAN TANAH

  TANAH

       Definisi dan pengertian dari Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.

Istilah tubuh alam bebas adalah hasil pelapukan batuan yang menduduki sebagian besar daratan permukaan bumi, dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan tanaman, serta menjadi tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya.


Menurut pandangan dan pengertian yang diberikan oleh para ahli tanah adalah sebagai berikut :

1.      Tanah adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, yang mempunyai sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai faktor yang membentuknya di alam.

2.      Tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai tanaman.


Seorang Pedolog, melihat tanah sebagai lapisan kulit bumi yang lunak dan gembur yang berasal dari batuan induk. Tanah mempunyai lapisan-lapisan yang berbeda warna sampai ke dalam terdapat bagian keras yang sulit ditembus disebut batuan induk.


Tanah mempunyai beberapa sifat yang menentukan kualitas tanah seperti sifat biologi, sifat fisik dan sifat kimia. Tanah bagian paling atas sering disebut top soil, selanjutnya ada lapisan-lapisan dibawahnya sehingga terbentuk profil tanah.




 Sumber :
https://docs.google.com/document/d/1b_cIegBRBe2uYTwKhS3hIuJjWkz79x1Fry6mqV95DEY/edit?pli=1

2. PENGERTIAN LAHAN

    LAHAN

Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi perikehidupan manusia (Christian dan Stewart, 1968).  Secara lebih rinci, istilah lahan atau land dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO, 1976). Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas (i) komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan (ii) komponen fungsional yang  sering disebut kualitas lahan.  Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan  sekelompok  unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO, 1976).

Lahan sebagai suatu "sistem" mempunyai komponen- komponen yang terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu.  Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya dalam hubung- annya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.  Sys (1985) mengemukakan enam kelompok besar sumberdaya lahan yang paling penting bagi pertanian, yaitu (i) iklim, (ii) relief dan formasi geologis, (iii) tanah, (iv) air, (v) vegetasi, dan (vi) anasir artifisial (buatan).  Dalam konteks pendekatan sistem untuk memecahkan  permasalahan-permasalahan lahan, setiap komponen lahan atau sumberdaya lahan tersebut di atas dapat dipandang sebagai suatu subsistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem lahan.  Selanjutnya setiap subsistem ini tersusun atas banyak bagian-bagiannya atau karakteristik- karakteristiknya yang bersifat dinamis (Soemarno, 1990). Dari beberapa pengertian tentang lahan maka dapat disimpulkan bahwa Lahan merupakan lingkungan fisik yang meliputi iklim, relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi. Faktor-faktor ini hingga batas tertentu mempengaruhi potensi dan kemampuan lahan untuk mendukung suatu tipe penggunaan tertentu.

Tipe penggunaan lahan ("major kind of land use") adalah golon­gan utama dari penggunaan lahan pedesaan, seperti lahan pertanian tadah hujan, lahan pertanian irigasi, lahan hutan, atau lahan untuk rekreasi.  Tipe pemanfaatan lahan ("land utilization type, LUT") adalah suatu macam penggunaan lahan yang didefinisikan secara lebih rinci dan detail dibandingkan dengan tipe penggunaan lahan.  Suatu LUT terdiri atas seperangkat spesifikasi teknis dalam konteks tatanan fisik, ekonomi dan sosial yang tertentu.  Beberapa atribut utama dari LUT a.l. adalah:

         (1). Produk, termasuk barang (tanaman, ternak, kayu), jasa (misal­nya. fasilitas rekreasi),  atau benefit lain (misalnya cagar alam, suaka alam)

         (2). Orientasi pasar, subsisten atau komersial

         (3). Intensitas penggunaan kapital

         (4). Intensitas penggunaan tenagakerja

         (5). Sumber tenaga (manusia, ternak, mesin dengan menggu nakan bahan bakar tertentu)

         (6). Pengetahuan teknis dan perilaku pengguna lahan

         (7). Teknologi yang digunakan (peralatan dan mesin, pupuk,  ternak, metode penebangan, dll)

         (8). Infrastruktur penunjang

         (9). Penguasaan dan pemilikan lahan

         (10). Tingkat pendapatan.

3. FAKTOR PEMBENTUKKAN TANAH


             FAKTOR PEMBENTUKKAN TANAH

Syarat terbentuknya tanah

(1) tersedianya bahan asal atau bahan induk, dan

(2) adanya faktor yang mempengaruhi bahan asal atau bahan induk tanah

     hingga menjadi tanah

Faktor Pembentukan Tanah (Jenny,  1941)

(1) Iklim,

(2) Organisme,

(3) Bahan Induk,                                                              

(4) Relief/Topografi,

(5) Waktu. 

Ke lima faktor pembentuk tanah tersebut dapat disajikan dengan rumusan matematik sebagai berikut:

                                S = f  ( C, O, P, R, T )

Keterangan:

S : Soil (tanah)

C : Climate (iklim)

P : Parent rock (bahan/batuan induk)

T : Time (waktu )

f : factor (faktor)

O : Organism (organisme)

R : Relief (topografi)

Diagram faktor-faktor pembentukan tanah:



Bahan Induk Tanah

  • Bahan induk (Jenny, 1941)

                keadaan tanah dalam kondisi nol (time zero) dari proses pembentukan tanah

  • Sifat-sifat penting yang berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk

                (a) tekstur batuan,

                (b) struktur batuan,

                (c) Kemasaman,

                (d) kadar Ca yang dikandung oleh bahan induk

  • Batuan yang dapat menjadi bahan induk tanah 

batuan beku, terbentuk karena adanya pembekuan magma

Jenis Batuan Beku berdasarkan kandungan Si O2 dibedakan:

  • batuan beku yang bersifat masam atau banyak mengandung SiO2, akan menghasilkan tanah yang masam;
  • batuan beku intermedier atau  cukup SiO2;
  • batuan beku alkalis atau sedikit SiO2, akan menghasilkan tanah-tanah alkalis, tetapi jika curah hujan tinggi dapat pula membentuk tanah masam. 

Pembagian Jenis Batuan Beku 


Batuan beku
Jenis Batuan
Batuan
Beku Atas
Rhyolit
(Liparit)
Trachit
Dasit
Andesit
Basalt
Pikrit
Batuan
Beku Gang
Porfir Granit
Porfir
Sienit
Porfir
Diorit
kwarsa
Porfir
Diorit
Porfir
Gabro
Batuan
Beku Dalam
Granit
(sienit –kwarsa)
Sienit
Diorit
Kwarsa
Diorit
Gabro
Peridotit
Sifat
          Makin masam                         Intermediet                       Makin Alkalis
         (banyak  SiO2)                                                                (sedikit SiO2  , banyak 
                                                                                                    mineral kelam )


batuan sedimen

       Batuan sedimen tua terdiri dari bahan endapan (umumnya endapan laut) yang sudah diendapkan berjuta tahun yang lalu, sehingga membentuk    batuan yang keras.

Contoh dari batuan endapan yang tua adalah  :

  • batu gamping, merupakan endapan laut yang banyak mengandung karang laut. Sebagian besar terdiri dari Ca CO3 (kalsit) dan Ca Mg   (CO3)2 atau dolomit.;
  • batu pasir, yang banyak mengandung pasir kuarsa atau SiO2 ;
  • batu liat ada yang bersifat masam dan ada yang alkalis seperti shale/napal dengan kadar liat yang tinggi. 

batuan metamorf

                Batuan beku dan sedimen yan terkena pengaruh  tekanan dan suhu yang   tinggi akan menjadi batuan lain (batuan malihan). Batuan metamorfose umumnya bertekstur lembar (foliated texture) akibat rekristalisasi dari beberapa mineral dan orientasi mineral menjadi parallel sehingga terbentuk lembar-lembar. 


bahan induk organik

                Pada daerah hutan yang berawa-rawa atau selalu tergenang air, proses penghancuran bahan organic berjalan lebih lambat  daripada proses penimbunan, sehingga terjadilah akumulasi bahan organik. Adanya akumulasi bahan-bahan organik akan membentuk tanah organik atau tanah gambut seperti banyak ditemukan di pantai timur Sumatera, pantai barat, selatan, timur Kalimantan, dan pada pantai selatan Irian Jaya.

Topografi/ Relief


          Topografi suatu daerah dapat  mempercepat atau memperlambat pengaruh iklim. Di daerah yang relatif datar atau cekung kecepatan aliran air lebih lambat dari pada daerah landai atau daerah miring, sehingga pada daerah yang datar atau cekung pengaruh iklim terhadap pembentukan tanah tidak/kurang jelas. Pada daerah datar atau cekung dapat dijumpai adanya tanah yang terbentuk dicirikan oleh warna kelabu atau banyak adanya karatan sebagai akibat adanya penggenangan air.

Waktu 

      Adanya proses pembentukan tanah yang terus menerus berlangsung dalam waktu lama, maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Hal ini dapat dilihat pada gambar  3.2.  tentang tingkat perkembangan tanah.

Keterangan:


Bahan Induk

Tanah muda 

Tanah dewasa 

Tanah Tua

  
sumber

4.PROSES PEMBENTUKAN TANAH


   PROSES PEMBENTUKAN TANAH




Proses pembentukan tanah adalah perubahan dari bahan induk menjadi lapisan tanah. Perkembangan tanah dari bahan induk yang padat menjadi bahan induk yang agar lunak, selanjutnya berangsur-angsur menjadi tanah pada lapisan bawah (subsoil) dan lapisan tanah bagian atas (topsoil), dalam jangka waktu lama sampai ratusan tahun hingga ribuan tahun. Perubahan-perubahan dari batuan induk sampai menjadi tanah karena batuan induk mengalami proses pelapukan, yaitu proses penghancuran karena iklim.

Tahap pertama dari proses pembentukan tanah adalah proses pelapukan. Proses ini terjadi penghancuran dan pelembutan dari bahan induk tanpa perubahan susunan kimianya. Pelapukan dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat merusak. Faktor-faktor iklim yang turut menentukan adalah sinar matahari, perbedaan temperatur antara siang dan malam, keadaan musim kemarau dan musim penghujan.

Pada awalnya batuan pecah dalam bentuk pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral penyusunnya. Selanjutnya oleh adanya air, asam dan senyawa-senyawa yang larut dalam air, pecahan-pecahan bantuan dan mineral ini menjadi lunak dan terurai ke dalam unsur-unsur penyusunnya. Dari bahan-bahan sisa penguraian dan senyawa kembali membentuk mineral-mineral baru.

Pelapukan digolongkan dalam tiga bentuk :

  1. Pelapukan fisik
  2. Pelapukan kimia
  3. Pelapukan biologis

Pelapukan fisik sering disebut juga alterasi yakni proses pemecahan dan pelembutan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tidak ada pembentukan mineral baru.

Pelapukan kimia adalah proses pelapukan dan penguraian pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral ke dalam unsur-unsur penyusunnya yang biasa disertai dengan pembentukan mineral-mineral baru.

Pelapukan biologis adalah pelapukan yang disebabkan kegiatan tanaman dan hewan, baik yang tingkat tinggi maupun yang tingkat rendah. Dalam proses pemecahan batuan induk menjadi tanah terjadi aktivitas hidup organisme. Bakteri autotrof dan lumut-lumut pada waktu mati menjadi bahan organik bagi kehidupan organisme yang lain. Tumbuhan tingkat tinggi berperan dengan aktivitas akar-akarnya masuk dicelah-celah retakan batuan dan seterusnya.
http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/11/proses-pembentukan-tanah.html

5. GEOGRAFI TANAH


     Geografi Tanah

      Geografi tanah mempelajari sebaran jenis tanah di muka daratan dan faktor yang menentukan sebaran teresbut. Secara sederhana dapat dinyatakan sebagai ilmu tanah yang dikaji dari sudut pandang geografi. Kata geografi dalam geografi tanah merupakan konteks sistem atau metode telaah, bukan konotasi ilmu (Notohadiprawiro, 1994). Geografi tanah merupakan cabang ilmu geografi yang mengkaji persebaran satuan-satuan tanah di permukaan bumi, sifat, dan karakteristik satuan-satuan tanah yang menyelimuti permukaan bumi, dan pemanfaatan tanah untuk kehidupan (Sartohadi dkk., 2012) Kata 'Geografi' dalam istilah geografi tanah digunakan untuk memberikan kontekspada system atau metode talaah, tidak memngkonotasikan sebagai ilmu. Geografi tanah adalah ilmu tanah yang menelaah tanah menurut sudut pandang geografi.

Ruang Lingkup Ilmu Tanah
Ilmu tanah berkembang kedalam 2 cabang ilmu yang utama, yaitu Pedologi dan Edapologi, Pedologi adalah cabang ilmu tanah yang berkaitan dengan pembentukan tanah, asal-usul tanah, klasifikasi tanah, dan deskripsi terhadap sifat-sifat tanah. Sedangkan edapologi adalah cabang ilmu tanah yang mengkaji keterkaitan antara tanah dengan pertumbuhan, unsur hara, serta produktifitas tanaman.

Dalam perkembangannya, ilmu tanah berkembang dan berinteraksi dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti Kimia, Fisika, Biologi, Geologi, Geografi, Mineralogi.


sumber

6. HORIZON TANAH


           HORIZON TANAH





        Perkembangan tubuh tanah secara vertikal tanah, membentuk lapisan (horizon) yang berbeda-beda baik dalam morfo­logis seperti ketebalan dan warnanya, maupun karakteristik fisik, kimiawi, dan biologis. Masing-masing perbedaan tersebut sebagai akibat bekerjanya faktor-faktor lingkungan terhadap: (1) bahan induk asal, maupun (2) bahan-bahan eksternal, berupa bahan organik sisa-sisa makhluk yang hidup di atasnya dan mineral bukan bahan induk yang berasal dari letusan gunung api, atau yang terbawa oleh aliran air.



Susunan lapisan tanah dalam permukaan bumi tebalnya dapat mencapai 100- 120 cm yang biasa disebut sebagai profil tanah.



Profil tanah merupakan penampang vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan induk tanah yang biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-B-C dan R. Empat lapisan ter-atas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah, horizon O dan A disebut lapisan tanah atas (top soil) dan horizon B disebut lapisan tanah bawah        (sub soil) seperti pada Gambar 4.1. 








Berdasarkan gambar di atas, maka masing-masing lapisan tanah adalah sebagai berikut :



O1 
:
serasah (sisa-sisa tanaman)
O2
:
bahan organik tanah hasil dekomposisi serasah
A1
horizon mineral memiliki ba-han organik tinggi sehingga berwarna agak gelap
A2
:
horizon mineral telah tercuci (eluviasi) sehingga kan-dungan bahan organik, liat-silikat, Fe dan Al rendah tetapi pasir debu kuarsa (sesqui-oksida) dan mineral resisten tinggi dan berwarna terang.
AB
:
lapisan transisi, bersifat le-bih dekat ke A.
BA
:
lapisan transisi, bersifat lebih dekat ke B
B
:
horizon illuvial (akumulasi bahan eluvial), telah ber-kembang jika terjadi perubahan kelembaban tanah.
BC
:
lapisan transisi dari lapisan B ke C
C
:
Lapisan bahan induk yaitu batuan induk yang telah mengalami proses hancur-an oleh iklim
R
:
Lapisan batuan induk, lapisan ini terdiri dari batuan induk yang belum mengalami perubahan.

Meskipun tanah terdiri dari beberapa lapisan, namun bagi tanaman yang sangat penting adalah horizon O - A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai ketebalan < 30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi, palawija dan sayuran yang paling berperan adalah kedalaman sampai 20 cm. Oleh karena itu, istilah kesuburan tanah biasanya mengacu kepada ketersediaan hara pada lapisan setebal ini, yang biasanya disebut sebagai lapisan olah. Namun bagi tanaman perkebunan dan kehutanan untuk jangka panjang lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air.
http://musbako.blogspot.com/2012/06/mengenal-sifat-fisik-tanah.html